Iman menurut Alqur’an dan Assunnah:
Allah berfirman [QS. Al Baqarah : 177] :
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ …(177)
“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan ke barat,tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi…”
Allah berfiman [QS Al Qomar : 49-50] :
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ (49) وَمَا أَمْرُنَا إِلَّا وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ (50)
“Sungguh kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. “Dan perintah kami hanyalah (dengan) satu perkataan seperti kejapan mata.”
Rasulullah bersabda (ketika ditanya oleh Jibril tentang permasalahan Iman) :
الإيمان أن تؤمن بالله و ملائكته و كتبه و رسله و اليوم الآخر و تؤمن باالقدر خيره و شره… رواه مسلم
“ Iman itu adalah beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari akhir, dan beriman kepada taqdir Allah yang baik maupun yang buruk. [HR. Muslim]
Ayat dan hadist diatas menegaskan tentang Rukun Iman :
KEIMANAN KEPADA ALLAH
seorang barulah dikatakan beriman kepada Allah jika ada pada dirinya terdapat beberapa perkara berikut :
1. Meyakini keberadaan Allah.
Dalil yang menunjukkan keberadaan Allah ada empat:
– Dalil Fitrah manusia,
Allah berfirman [ QS. Al A’raf: 172]:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آَدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ (172)
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), bukankah aku ini Tuhanmu? “mereka menjawab, “betul (Engkau Tuhan kami), kami beersaksi.” ( kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “ sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.”
Rasulullah bersabda :
ما من مولود إلا يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه يمجسانه . رواه البخاري
“ Tidaklah seorang itu dilahirkan melainkan ia telah berada diatas Fitrah, maka ayah dan ibunya yang menjadikan ia yahudi ataupun nasrani ataupun majusi. [HR. Bukhari].
– Dalil ‘Aqal
‘Aqal pada dasarnya menetapkan tentang keberadaan Allah. karena, seluruh makhluk yang terdahulu maupun yang akan datang mengharuskan adanya Pencipta yang menciptakan mereka. karena tidaklah mungkin sesuatu menciptakan dirinya sendiri sebagaimana tidak mungkinnya sesuatu itu ada secara tiba-tiba dengan sendirinya.
Al Qur’pun telah menyinggung masalah ini [QS. Ath Thur : 35] :
أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ (35)
“Atau apakah mereka tercipta tanpa asal usul ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?”
– Dalil Syara’, diantaranya :
- Semua kitab yang diturunkan menegaskan keberadaan Khaliq.
- Apa saja yang terkandung di dalam kitab-kitab tersebut yang berkaitan dengan maslahat makhluk menunjukkan bahwa ia berasal dari Maha pencipta yang Maha bijaksana lagi Maha mengetahui akan apa yang terbaik bagi makhluknya.
- Apa saja yang ada dalam kitab yang di turunkan berupa kabar tentang kejadian alam kemudian apa yang diberitakan tersebut terjadi menunjukkan keberadaan Rabb yang kuasa untuk mewjudkan apa yang ia beritakan.
– Dalil Hissiy (yang bisa dicapai oleh indra).
Dalil ini bisa dilihat dari dua sisi :
1. Terkabulnya doa.
diantaranya:
وَنُوحًا إِذْ نَادَى مِنْ قَبْلُ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَنَجَّيْنَاهُ وَأَهْلَهُ مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيمِ (76)
“Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu, ketika ia berdo’a. kami perkenankan do’anya, lalu kami selamatkan dia bersama pengikutnya dari bencana yang besar.[QS. Al Anbiya : 76].
2. Mu’jizat para Nabi.
diantaranya :
فَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ (63)
“Lalu kami wahyukan kepada Musa “ pukulah laut itu dengan tongkatmu”. maka terbelahlah lautan itu, dan setiap belahan seperti gunung yang besar.” [QS. Asy Syu’ara: 63]
2. Beriman kepada Rububiah Allah.
diantara dalil Rububiah Allah adalah “penciptaan”:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ (190)
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.” [QS. Ali ‘Imran : 190]
أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (17) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (19) وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ (20)
“Maka tidakkah mereka memperhatikan onta bagaimana diciptakan?, dan langit bagaimana ditinggikan?, dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan?, dan bumi bagaimana dihamparkan?”
3. Beriman kepada Uluhiah Allah.
وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ (163)
“Dan Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, yang Maha pengasih, Maha Penyayang.” [ QS. Al Baqarah : 163]
4. Beriman kepada Nama dan Sifat-Nya.
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (180)
“Dan Allah memiliki Nama-nama yang terbaik, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut Asmaaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalah artikan nama-namaNya, mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” [QS. Al A’raf : 180]
وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الْأَعْلَى وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (60)
“Dan Allah mempunyai sifat yang Maha tinggi, dan Dia Maha perkasa , Maha bijaksana.” [QS. An Nahl : 60 ]
Buah keimanan Kepada Allah :
- Perealisasian Tauhidullah dimana seorang hamba tidak berharap, tidak takut, tidak beribadah kepada selain Allah.
- Kecintaan dan pengagungan yang sempurna bagi Allah sesuai dengan konsekwensi dari nama-nama yang terbaik dan sifat-sifat yang Maha Tinggi.
- Perealisasian Ibadah dengan menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang.
=Bersambung insya Allah=
Penulis: Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra, M.A.
Artikel www.dzikra.com